Rabu, 19 Agustus 2009

Antara Problem Speaker dan Problem Solver.

Setiap pagi Dakta selalu menemani saya ditengah perjalanan sambilmengendarai motor.Acaranya menerima telpon dari pendengar seputarfasilitas publik dan kondisi umat Islam.Berbagai SMS dan telpon masuk,macam-macam keluhannya.Dari masalah tayangan TV sampai pembangunan rumah ibadah.Dari perlunya umat kembali ke al-qur’an sunnah sampai mengecam pelakudemokrasi.Diantara banyak keluhan yang disampaikan adalah keprihatinkanakan kondisi umat Islam.

Setiap Jum’at di Masjid AHM pegangsaan diedarkan buletin Jumat.Untuk mengadopsi berbagai segmen, pengurus DKM mempersilahkansetiap ”warna” dapat hadir mengisi fikriyah dan ruhiyah.Karena Pengurus memahami masjid adalah milik seluruh umat dan selayaknyasetiap segmen diberi tempat mengekspresikan dakwah sesuai ijtihadnya. Buletin Al-Mimbar, Al-Islam dan Dewan Dakwah adalah langganan tetapnya.

Ada satu buletin yang setahun ini kami baca. Isinya bagus yaitu berupayapenyadaran akan perlunya kembali kepada syariat Islam. Mukaddimah biasanyadengan kondisi berita terhangat sepekan terakhir, tengahnya mengajakkembali ke syariat Islam .Sampai kami bisa menebak isi buletin setiap terbitnya.Karena pola tulisannya sama dan seragam, yaitu ”menyalahkan” pemerintahatau pihak tertentu dilanjutkan syariah sebagai solusi dan di tutupdengan perlu segera dibentuk khilafah Islamiyah.

Saya meyakini sebagian besar kaum muslimin setuju dengan solusi yangditawarkan. Karena itulah dambaan setelah 80 tahun umat hanya tinggal di”bedeng-bedeng” bukan di ”rumah” kita sebenarnya yaitu khilafah Islamiyah.

Dalam acara Titik pandang Rahmat Abdullah di radio Dakta beberapa tahunyang lalu pernah disampaikan tema yang sangat menarik yaitu:”Perbedaan antara problem speker dan problem solver”.Almarhum Ustad Rahmat Abdullah( Allahuyarham) memaparkan perbedaandiantara dua pelaku kebaikan.Problem speaker adalah pelaku yang selalu menjadi pembicara masalah danberkutat sebatas membicarakan masalah dan tajassus yaitu mengeluh danmenyalahkan pihak lain yang berbeda.

Sementara problem solver mencari jalan keluar dan sebagai pemecah masalah.Contoh sederhana adalah tayangann sinetron yang meresahkan dan tidakmendidik.Problem speaker hanya mengeluh kesan kemari.Sementara tipeproblem solver adalah dengan mengirim surat ke stasiun TV dan meminta dihentikan tayangannya.

Problem speaker membicarakan kebodohan umat
sementara problem solvermemberikan jalan keluar.

Indikator perbaikan yang baik adalah ketika semakin realistis step dan realistis tahapan yang dilakukan.Setiap tahapan dapat segera dilakukan tidak mengawang-awang , disesuaikan dengan dimensi ruang dan waktu.Sesungguhnya pemecah masalahjauh lebih dibutuhkan daripada pembicara masalah.

Benar sekali pepatah mengatakan ” Lebih baik engaku menyalakan lilindaripada selalu meratapi kegelapan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar